Dahulu
istilah yang banyak digunakan untuk kegiatan Supervisi adalah inspeksi,
pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah
organisasi pendidikan, supervisi merupakan bagian dari proses adiministrasi dan
manajemen.Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fugsi adiministrasi yang ada di sekolah
sebagai fungsiterakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai
tujuan. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua
program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju
pada semua aspek yang merupakan faktor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui
kondisi aspek – aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan
tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang
bersangkutan.
Dari
keempat istilah yang dahulu digunakan untuk kegiatan penelitian ini yang
cenderung diartikan paling keras adalah inspeksi. Istilah ini mempunyai
konotasi mencari – cari kesalahan orang – orang dalam melaksanakan kegiatan.
Sedikit lebih lunak dari inspeksi adalah pemeriksaan, karena seolah – olah
hanya melihat apa yang terjadi dalam kegiatan, belum tampak adanya upaya
menilai.
Berikutnya
yang lebih dekat dengan pengertian istilah supervise adalah penilikan dan
pengawasan. Kedua istilah ini menunjuk pada kegiatan bukan saja melihat apa
yang terjadi dalam kegiatan keduanya seperti pemeriksaan, tetapi sudah
mengadakan penilaian, yaitu mengidentifikasikan hal – hal yang sudah baik
sesuai yang di harapkan dan hal – hal yang belum karena belum sesuai dengan
harapan.
Dilihat
dari kelahirannya, supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super
dan vision. Super yang bararti di atas dan vision yang berarti melihat, masih
serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti
kegiatan yang dilakukan oleh atasan --- orang yang berposisi diatas, yaitu
pimpinan --- terhadap hal – hal yang ada di bawahnya, yaitu yang menjadi
bawahannya. Supervisi merupakan istilah yang dalam rumpun pengawasan tetapi
sifatnya lebih human, manusiawi. Di dalam kegiatan supervise, pelaksanaan bukan
mencari – cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar
kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya ( bukan
semata – mata kesalahannya ) untuk dapa tdiberi tahu bagian yang perlu diperbaiki.
Dari penjelasan pengertian beberapa
istilah tersebut dapat diringkaskan sebagai berikut :
* Inspeksi :
Melihat untuk mencari - cari kesalahan.
* Pemeriksaan
: Melihat apa yang terjadi dalam kegiatan.
* Pengawasan dan Penilikan : Melihat
apa yang positif dan apa yang negatif.
* Supervisi : Melihat bagian mana dari kegiatan di sekolah
yang masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, dan melihat mana yang
sudah positif untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih positif lagi, yang penting
adalah pembinaan.
Di
dalam Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah ditegaskan
bahwa pada jenjang pendidikan menengah, selain pengawasan, kepala sekolah juga
mendapat tugas sebagai supervisior yang di harapkan dapat setiap kali
berkunjung ke kelas dan mengamati kegiatan guru yang sedang mengajar. Namun
sejauh ini koordinasi antara pengawas dan kepala sekolah dalam melakukan
pembinaan terhadap guru belum terjadi secara efektif. Dari pengamatan lapangan
dapat disimpulkan bahwa data yang dikumpulkan oleh pengawas tentang guru
tertentu, belum dipadukan atau disinkronkan dengan data yang di kumpulkan oleh
kepala sekolah. Penggiliran atau pengaturan tentang guru yang diobservasi pun
belum secara baik dikoordinasikan, dan mungkin sekali bahwa diantara keduanya
tidak saling tahu apa yang sudah mereka lakukan.
Meskipun
dalam rancangan secara teoritik sudah ada pihak yang diharapkan dapat melakukan
supervisi terhadap guru, yaitu kepala sekolah dan pengawas, namun belum dapat
terlaksana dengan efektif. Dalam kenyataan beberapa tahun terakhir ini, baik
pengawas maupun kepala sekolah, belum dapat menjalankan kegiatan supervisi
dengan baik, bahkan semakin berkurang keefektifannya. Adapun alasan yang utama
bertumpu pada dua hal, yaitu : (1) beban kerja pengawas dankepalasekolah
terlalu berat, dan (2) latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan
bidang studi yang disupervisi. Mengingat banyaknya bidang studi yang diajarkan
oleh guru – guru di sekolah, terasa dan tampak akan sulit untuk mempretemukan
antara keduanya. Oleh karena itu perlu di cari alternatif cara yang lebih tepat
bagi kondisi lapangan, baik langsung maupun tidak, yang mengarah pada
pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Selain pelaksanaan yang belum
sesuai dengan yang direncanakan, sebetulnya pengamatan kelas itu sendiri bukan
merupakan satu – satunya metode pengumpulan data. Pandangan bahwa Supervisi
adalah observasi kelas setapak demi setapak perlu di kikis dan di geser dengan
pendangan lain sesuai dengan tuntutan kemajuan jaman serta relevan dengan
kebutuhan.
Melalui
supervisi pendidikan, seorang kepala sekolah dapat memberikan bimbingan,motivasidan
arahan agar guru dapat meningkatkan profesionalismenya.
Untuk lebih jelasnya, marilah kita
ikuti pembahasan selanjutnya
A. Tujuan Supervisi Pendidikan
Secara umum tujuan supervisi pendidikan
adalah:
1. meningkatkan efektivitas dan efisiensi
belajar-mengajar,
2. mengendalikan penyelenggaraan bidang
teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang
telah ditetapkan,
3. menjamin
agar kegiatan sekolalah
berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan diperoleh
hasil yang optimal,
4. menilai keberhasilan sekolah dalam
pelaksanaan tugasnya.
5. memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kekhilafan serta
membantu memecahkan
masalah yang dihadapi sekolah sehingga dapat dicegah kesalahan dan
penyimpangan yang lebih jauh.[1]
Seorang supervisor itu
hendaknya memberikan pelayanan dengan baik dapat mengatasi masalah-masalah
dilapangan, memimpin kelompok kerja, melayani masyarakat, memberikan bimbingan
dan arahan kepada guru.[2]
Menurut
Franklin Bobbitt yang dikutip oleh Thomas.
J. Sergiovanni dalam bukunya Supervision of Teaching bahwa : “Supervisors as addressing two initial
tasks : guiding teachers in the selection of methods and preparing and renewing
teachers.”[3]
Maksudnya adalah para
supervisor itu mempunyai dua tugas utama, yaitu memandu para guru dalam memilih
metode dan menyiapkan serta memperbaharuinya. Tugas para supervisor itu sendiri
adalah untuk menemukan prosedur yang lebih baik dalam menyelenggarakan tugas
mengajar dan untuk membantu para guru memperoleh metode yang tepat dengan tujuan untuk memastikan prestasi belajar siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal.
Tujuan supervisi adalah memberikan
layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang
pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja
memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru.[4]
Permasalahan yang dihadapi dalam
melaksanakan supervisi di lingkungan sekolah adalah bagaimana cara mengubah
pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif
dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru
merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk
itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif.[5]
Supandi (1996:252),
menyatakan bahwa ada dua hal yang mendasari pentingnya supervisi dalam proses
pendidikan.
- Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum.
2. Pengembangan personal, pegawai atau
karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus-menerus dalam suatu organisasi.
Pengembangan personal dapat dilaksanakan secara formal dan informal.
Pengembangan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui
penataran, tugas belajar, loka karya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan
informal merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara
mandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti
kegiatan ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya.[6]
Kegiatan supervisi
pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena
proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena kegiatan supervisi dipandang perlu
untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Dalam makalah ini masalah yang
dibahas adalah : Pendekatan Supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah
sebagai Supervisor kepada guru-guru.
Secara rutin dan terjadwal Kepala
Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan agar
guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya,
kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru
mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk Rencana Pembelajaran kemudian
kepala sekolah mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Saat kegiatan supervisi berlangsung,
kepala sekolah menggunakan lembar observasi yang sudah dibakukan, yakni Alat
Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG terdiri atas APKG 1 (untuk menilai
Rencana Pembelajaran yang dibuat guru) dan APKG 2 (untuk menilai pelaksanaan
proses pembelajaran) yang dilakukan guru.
B. Pendekatan Supervisi
Pendidikan
Pendekatan
yang di gunakan dalam menerapkam supervisi modern didasarkan pada prinsip –
prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat
bergantung kepada protipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan Glickman
untuk memilah – milah guru dalam empat protipe guru. Ia mengemukakan setiap
guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu berpikir abstrak dan komitmen serta
kepedulian. Dengan demikian kita menemukan :
I. Pada
sisi I daya A+ K+. Guru semacam ini disebut guru yang profesional.
II. Pada
sisi II daya abstrak tinggi A+, tetapi komitmen (K-), disebut guru yang tukang
kritik.
III.
Pada sisi III daya abstrak
rendah (A-), tetapi komitmen tinggi (K+) disebut guru yang terlalu sibuk.
IV.
Pada sisi IV daya abstrak
rendah (A-) dan juga komitmen rendah (K-) disebut guru yang tidak bermutu.
Pendekatan
dan perilaku serta teknik yang diterapkan dalam memberi supervise kepada guru –
guru berdasarkan protipe guru seperti yang disebut di atas. Bila guru
professional maka pendekatan yang digunakan adalah non – direktif.
Perilaku
supervisor (1) mendengarkan, (2) memberanikan, (3) menjelaskan, (4) menyajikan,
(5) memecahkan masalah. Teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.
Bila
gurunya tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang diterapkan
adalah kolaboratif. Perilaku supervise (1) menyajikan, (2)
Menjelaskan, (3) Mendengarkan, (4) memecahkan masalah, (5) negosiasi. Teknik
yang di gunakan percakapan pribadi, dialog, menjelaskan.
Bila
gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah direktif.
Perilaku supervisor (1) Menjelskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4)
memberi contoh, (5) menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan.
Berdasarkan
uraian singkat tentang paradigma kategori diatas, maka dapat diterapkan
berbagaipendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasar data mengenai guru
yang sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi. Berikut ini akan disajikan
pendekatan non directif perilaku supervisor.
C. Pendekatan Tidak
Langsung ( Non – Direktif )
Yang di
maksud dengan pendekatan tidak langsung ( non – direktif ) adalah cara
pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku
supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih
dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru – guru. Ia memberi
kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang
mereka alami. Pendekan non – direktif ini berdasarkan pemahaman psikologis
humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan di bantu.
Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu di hormati, maka ia lebih banyak
mendengarkan permasalahan yang di hadapi guru – guru. Guru mengemukakan
masalahnya. Supersior mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru –
guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non – direktif adalah sebagai
berikut :
(1)
Mendengarkan
(2)
Memberi penguatan
(3)
Menjelaskan
(4)
Menyajikan
(5)
Memecahkan masalah
Contoh penerapan pendekatan non –
direktif. Percakapan kepala SMU dengan Pak Sakri, guru Bahasa Inggris :
Pak
Sakri : Pada saat Istirahat Pak Sakri berdiri di
dekat pintu ruang guru sambil termenung.
Kepala
Sekolah : Menyapa : Pak Sakri, mengapa anda Termenung ?
Apa yang
anda pikirkan ?
Lama, Pak
Sakri berpikir. Lalu ia Mengungkapkan keluh kesahnya.
Pak
Sakri : Saya sedang memikirkan si Tono siswa kelas
II. Hasil belajarnya rata – rata baik semuanya. Hanya Bahasa Inggrisnya tidak
baik. Saya sudah mendekati dia tapi dia diam saja.
Kepala
Sekolah : Pak Sakri, saya pikir ada banyak cara untuk memahami Tono. Coba
dekati dia lagi.
Pak
Sakri : Baik Pak, saya memerlukan waktu untuk
mendekati dia.
Kepala
Sekolah : Saya percaya bahwa Pak Sakri akan berhasil
Pak Sakri mencoba mengajak Tono. Waktu istirahat Pak
Sakri berjalan mendekati Tono, diajak berbincang tentang hobinya di rumah. Tono
bercerita tentang kesibukannya di rumah. Tono mengatakan bahwa dia banyak
membantu orang tua di rumah. Dan tidak ada buku bahasa inggris di rumah. Guru
meminjamkan beberapa buku agar Tono membacanya.
Beberapa waktu kemudian Pak Sakri menceritakan kepada
kepala sekolah bahwa Tono sekarang sudah rajin membaca buku bahasa inggris.
Kadang – kadang dia membuat syair dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana.
Pak Sakri menyuruh Tono membaca syair itu dimuka kelas. Kepala sekolah meminta
agar Tono mendeklamasikan syairnya kepada anak – anak di sekolah itu.
Sebulan kemudian Pak Sakri menceritakan kepada kepala
sekolah bahwa Tono telah tampil dengan semangat baru bila mengikuti pelajaran
bahasa Inggris.
Kepala Sekolah sangat gembira, karena Tono telah
mengalami perubahan dan sudah senang dengan bahasa inggris.
Akhir semester Pak Sakri melaporkan bahwa nilai bahasa
Inggris Tono sangat memuaskan. Kepala Sekolah sangat gembira dan berterima
kasih atas usaha Pak Sakri.
A. KESIMPULAN
Supervisor
dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penilik sekolah, dan para pengawas ditingkat
kabupaten/kotamadya, serta staf di kantor bidang yang ada di tiap provinsi.
1. Kebijakan
pendidikan harus ditopang oleh pelaku pendidikan yang berada di front terdepan yakni guru melalui interaksinya
dalam pendidikan. Upaya meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan secara
bertahap dengan mengacu pada rencana strategis. Keterlibatan seluruh komponen
pendidikan (guru, Kepala Sekolah, masyarakat, Komite Sekolah, Dewan Pendidikan,
dan isntitusi) dalam perencanaan dan realisasi program pendidikan yang
diluncurkan sangat dibutuhkan dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan.
2. Implementasi
kemampuan professional guru mutlak diperlukan sejalan diberlakukannya otonomi
daerah, khsususnya bidang pendidikan. Kemampuan professional guru akan terwujud
apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam mengelola
interaksi belajar-mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap
upaya peningkatan mutu pendidikan pada tataran makro.
3. Salah
satu upaya peningkatan profesional guru adalah melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran
perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah
bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaannya, baik kepala sekolah
dan pengawas menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru dan kinerja sekolah. Untuk
mensupervisi guru digunakan lembar observasi yang berupa alat penilaian
kemampuan guru (APKG), sedangkan untuk mensupervisi kinerja sekolah dilakukan
dengan mencermati bidang akademik, kesiswaan, personalia, keuangan, sarana dan
prasarana, serta hubungan masyarakat.
4. Implementasi
kemampuan professional guru mensyaratkan guru agar mampu meningkatkan peran
yang dimiliki, baik sebagai informator, organisator, motivator, director,
inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator sehingga
diharapkan mampu mengembangkan kompetensinya.
5. Mewujudkan
kondisi ideal di mana kemampuan professional guru dapat diimplementasikan
sejalan diberlakukannya otonomi daerah, bukan merupakan hal yang mudah. Hal
tersebut lantaran aktualisasi kemampuan guru tergantung pada berbagai komponen
system pendidikan yang saling berkolaborasi. Oleh karena itu, keterkaitan
berbagai komponen pendidikan sangat menentukan implementasi kemampuan guru agar
mampu mengelola pembelajaran yang efektif, selaras dengan paradigma
pembelajaran yang direkomendasiklan Unesco, "belajar mengetahui (learning
to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to
live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be)".
B. Saran-Saran
1. Hendaknya bagi pengawas agar menjadi contoh
yang baik dalam segala aspek kependidikan dan pengajaran agar seorang pengawas
itu menjadi lebih berkualitas di bidang keilmuannya sehingga menjadi idola bagi
para guru sebagai pembimbing mereka
dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
2. Hendaknya
bagi seorang guru yang profesional itu selalu meningkatkan kedisiplinannya
karena kedisiplinan itu sangat menentukan bagi kualitas keprofesionalan seorang
guru tersebut, tanpa disiplin seakan-akan keprofesionalan seorang guru itu
tidak akan berarti apa-apa.
3. Baik
pengawas maupun guru, hendaknya dapat bekerja sama dengan baik agar dalam hal
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran itu menjadi lebih baik untuk
menyongsong era globalisasi dan era informasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Conlow Reck, 2003, Menjadi Supervisor Hebat , Penerjemah Komala
Insiwi Suryo, Jakarta, PT Viktory Jaya Abadi.
Diana
Townsend, & Butterworth. 1992. Your Child's Scholl. New York: A Plime Book.
Depdiknas.1997.Petunjuk
Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.
________.2001.Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (Bk1).Jakarta: Depdiknas.
Fullan
& Stiegerbauer.1991. The New Meaning of Educational Change. Boston: Houghton Mifflin
Company.
Kunandar. 2007. Guru Profesional.Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada.
Surya,
Mohamad,. 2002. Peran Organisasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Seminar Lokakarya Internasional. Semarang : IKIP PGRI.
Supriadi,
Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
____________. 2002. Laporan Akhir Tahun Bidang
Pendidikan & Kebudayaan. Artikel. Jakarta : Kompas.
Suryasubrata.1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suprihatin, MD. 1989.
Administrasi Pendidikan (Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai
Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang:
IKIP Semarang
Press.
Sahertian, Piet A. 2000.
Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Supandi. 1996. Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka.
Thomas. J. Sergiovanni, 1982. Supervision of Teaching,
Virginia: Association for Supervision and Curriculum Depelovment.
UU Sisdeknas Nomor 20 Tahun 2003. Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2006.
[1]Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan (Fungsi dan
Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP Semarang
Press. h. 305.
[2] Conlow Reck, Menjadi Supervisor Hebat
, Penerjemah Komala Insiwi Suryo, (Jakarta, PT Viktory Jaya Abadi, 2003),
hal. 9.
[3]Thomas. J. Sergiovanni, Op. Cit. p. 18- 19.
[4]Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan
Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.h.
19.
[5] Ibid. h. 20.
[6]Supandi. 1996. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Departemen Agama Universitas Terbuka.h. 252.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar