a.
Pengertian kepuasan kerja
Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya yang
beraneka ragam dalam memberikan batasan atau pengertian tentang kepuasan kerja,
akan tetapi pada dasarnya setiap prinsip tidak berbeda jauh antara pengertian
tentang kepuasan kerja, akan tetapi pada dasarnya secara prinsip tidak berbeda
jauh antara pengertian yang satu dengan yang lainnya. Robbins (1996)
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan
seorang: selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan
bnayknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Menurut Kreitner dan
Kinicki (2005), kepuasan kerja adalah suatu efektivitas atau respon emosional
terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini berarti bahwa kepuasan kerja
bukanlah suatu konsep tunggal. Sebaliknya, seseorang dapat relatif puas dengan
suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek
yang lainnya. Aspek yang dimaksud tersebut meliputi pengakuan (recognition).
Kompensasi (Compensation) dan Pengawasan
(suvervisor).
Menurut Kreitner
dan Kinicki (2005), ada 5 (lima) model kepuasan kerja yang menonjol akan
menggolongkan pemyebabnya. Penyebabnya adalah:
1. Need Fulfillment. Model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan
oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Discrepancies. Model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil
dari harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan antara
apaa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan, seperti upah
dan kesempatan promosi yang baik dari apa yang pada kenyataannya diterimanya.
3. Value attaiment gagasan yang melandasi pencapaian nilai adalah
bahwa kepuasan berasal dari nilai persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan
untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu.
4. Equity Dalam model ini, kepuasan adalah suatu fungsi dari
bagaimana seorang individu diperlakukan “ secara adil” di tempat kerja kepuasan
berasal dari persepsi seseorang bahwa output pekerjaan relatif sama dengan
inputnya perbandingan yang mendukung output input lain yang significan.
5. Depositional
Genetic Component secara khusus
model ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja merupakan sebagian
fungsi dari sifat pribadi maupun faktor genetik, oleh karenanya model ini
menunjukkan bahwa perbedaan individu yang stabil adalah sama pentingnya dalam
menjelaskan kepuasan kerja dengan karakteristik lingkungan kerja.
b.
Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Banyak orang menganggap bahwa gajih atau upah
merupakan faktor utama untuk timbulnya kepuasan kerja, sampai taraf tertentu
hal ini dapat diterima sesuai dengan tingkatan motivasi dari Maslow maka gaji
termasuk pada kebutuhan dasar, akan tetapi jika masyarakatsudah dapat memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari bagi keluarga secara wajar maka gaji atau upah
bukanlah merupakan faktor yang utama. Menurut Herzberg dengan teori dua faktor
dikatakan bahwa gaji atau upah termasuk dalam kelompok ketidakpuasan
kerja(As’ad,1995).
Menurut Robbins (1996) kepuasan
kerja adalah suatu sikap umum seseorang individu terhadap pekerjaannya dan
faktor-faktor yang mendorong terjadinya kepuasan kerja yaitu :
a.
Pekerjaan yang secara mental menantang
Pada dasarnya
karyawan lebih cenderung menyukai pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk
menggunakan keterampilan dan kemampuan serta menawarkan beragam tugas,
kebebasan serta umpan balik terhadap pekerjaan yang dilakukan.
b.
Ganjaran yang pantas
Karyawan pada
dasarnya menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang dirasakan adil dan
sesuai dengan harapan mereka. Apabila upah dirasakan pada tuntutan pekerjaan,
memperhatikan tingkat keterampilan individu serta standar pengupahan komunitas.
c.
Kondisi kerja yang mendukung
Lingkungan kerja
yang baik akan memberikan keamanan bagi
Karyawan dalam
bekerja karena akan memudahkan mereka untuk melakukan pekerjaan. Karyawan keadaan
fisik yang aman,lokasi yang dekat dengan rumah, fasilitas yang bersih dan
relatif modern serta peralatan yang memadai.mengungkapkan ada tiga faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja:
a. Faktor utama dalam pekerjaan yaitu : Gaji,
pengawasan ketentraman atau kekerasan kerja, kondisi kerja, kesempatan untuk
maju, penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial diantara karyawan di
dalam pekerjaannya, ketepatan dan kecepatan dalam menyelesaikan permasalahan
keadilan, perlakuan terhadap pekerjaan dan keadilan tugas.
b. Faktor sosial yaitu hubungan kekeluargaan, pandangan
masyarakat kesempatan untuk berekreasi, kehidupan serikat buruh, kebebasan
berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan.
c. Faktor individual yaitu; umur, kesehatan, watak
keinginan.
c.
Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Menurut
Ricard L. Daft (2010: 286) Sikap yang paling menarik bagi manajer adalah
sikap-sikap yang berhubungan dengan pekerjaan, terutama sikap-sikap yang
mempengaruhi kinerja. Dua sikap yang berhubungan dengan penciptaan kinerja
tinggi adalah kepuasan terhadap pekerjaan seseorang dan komitmen pada
perusahaan.
Menurut
Strauss dan Sayles yang dikutip Handoko (2001), kepuasan kerja juga penting
untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak
akan pernah mengalami kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi
frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat rendah,
cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil sering absent dan melakukan
kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan,
sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan
kehadiran dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat
karyawan dan berprestasi kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak
memperoleh kepuasan kerja. Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai pengaruh
yang kuat bagi karyawan terutama karena menciptakan prestasi kerja yang lebih
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar