Sabtu, 20 Agustus 2011

Mengapa guru memerlukan layanan supervisi pendidikan dan bagaimana upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan profesional melalui supervisi pengajaran sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru ?


BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.  Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik tunas-tunas muda dan membantu  mengembangkan potensinya secara professional. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai. Tidak hanya pada tataran normatif saja namun mampu mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi personal, professional, maupun kemasyarakatan dalam selubung aktualisasi kebijakan pendidikan.Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek "guru" dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.  




BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana teknik-teknik supervisi pendidikan yang bersifat kelompok dapat meningkatkan profesionasme guru. Mengapa guru memerlukan layanan supervisi pendidikan dan bagaimana upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan profesional melalui supervisi pengajaran sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru ?
























BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).1)      EtimologiIstilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.2)     MorfologisSupervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata  Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.3)      Semantik.Pada hakekatnya isi yang terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : “ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan :a.       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.      Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar.Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki yakni : 1) kemampuan personal, 2) kemampuan profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982). Atas dasar uraian di atas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan profesional guru“ yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.
B.Teknik-Teknik Supervisi Kelompok
Menurut Prof Dr. Suharsimi Arikunto (2004:56-58) dalam bukunya Dasar-Dasar Supervisi mengemukan pendapatnya ada empat teknik –teknik supervisi kelompok, yaitu : 1) Mengadakan pertemuan atau rapat(meeting); 2)Mengadakan diskusi kelompok(group discussion), 3)Mengadakan penataran-penataran(in service training, 4)Mengadakan Seminar.
Sejalan dengan pendapat di atas Prof. Drs. Piet A. Sahertian(2008: 86-129)  dalam bukunya Konsep Dasar Supervisi dan Teknik Supervisi pendidikan mengemukakan pendapatnya bahwa teknik-teknik supervisi kelompok  sebagai berikut:


1.   Pertemuan Oriantasi bagi Guru Baru ( Orientation Meeting for new Teacher)
Pertemuan ini ialah salah satu daripada pertemuan yang bertujuan khusus mengatar guru-guru untuk memesuki suasana kerja yang baru. Pertemuan organisasi ini bukan saja guru baru tapi juga seluruh staf guru.
Hal-hal ini yang disajikan dalam pertemuan oriantasi ini meliputi:
1)   Sistem kerja sekolah itu.
a.    Biasanya dilaksanakan melalui percakapan bersama,yang dapat juga diselingi dengan pengenalam fisik dan saling diskusi bersama yang disebut juga around-table discussion.
2)     Proses dan mekanisme atministrasi dan organisasi sekolah.
3)     Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh kegiatan dan situasi sekolah.
4)     Sering juga pertemuan oriantasi ini diikuti dengan tindak lanjut dalam bentuk diskusi kelompok , loka-karya selama beberapa hari , sepaanjang tahun.
5)     Ada juga melalui perkunjungan ke tempat-tempat tertentu misalnya pusat industry,atau objek-objek sumber belajar.
6)     Juga tempat pertemuan turut mempengaruhi oriantasi itu.
7)     Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa guru itu tidak merasa asing tetapi ia merasa diterima dalam kelompok guru lain.
Borto mmengemukakan bahwa pertemuan oriantasi ini merupaka juga jumpa untuk merencanakan progam sekolah. Memang benar sebab oriantasi ini biasanya dihubungkan dengan rencana pendidikan yang akan dilaksanakan sekolah sepanjang tahun ajaran
2.   Panitia Penyelenggara
Suatu kegiatan bersama biasanya perlu diorganisasikan . untuk mengorganisasikan sesuatu tugas bersama,ditunjuk beberapa orang penanggung jawab pelaksana. Para pelaksana  yang dibentuk utuk melaksanakan sesuatu tuga kita sebut panitia penyelenggara. Panitia penyelenggara ini dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sekolah kepadanyan, banyak mendapat pengalaman-pengalaman  kerja . pengalaman dalam usaha mencapai tujuan. Pengalaman dalam usaha mencapai tujuan ,pengalaman dalam mengerti cara berkerja sama dengan orang lain, pengalaman yang berhubungan dengan tugas yang dibebankan. Berdasarkan pengalaman-pengalaman itu guru-guru dapat bertambah dan tumbuh dalam profesi mengajarnya.
3. Rapat Guru
     Rapat guru banyak sekali jenisnya, baik dilihat dari  sifatnya, jenis kegiatannya,tujuan maupun orang-orang yang menghadirinya. Pada uraian ini akan dibahas rapat guru sebagai salah satu  teknik supervisi untuk memperbaiki situasi belajar mengajar. Macam- macam Rapat Guru, antara lain:
a.    Menurut Tingkatannya
1)   Staff-meeting yaitu rapat guru-guru dalam satu sekolah yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian guru di sekolah tersebut
2)   Rapat guru-guru bersama dengan orang tua murid dengan da murid-murit/wakil-wakilnya
3)   Rapat guru sekota,sewilayah, serayon, dari sekolah-sekolah yang sejenis tingkatan
b.   Menurut Waktunya
1)   Rapat permulaan dan akhir tahun
2)   Rapat periodik
3)   Rapat-rapat yang bersifat incidental
c.    Menurut Bentuknya
1)   Individual Conference
2)   Diskusi
3)   Seminar dan symposium
4)   Up-grading selama satu atau beberapa hari/seminggu
5)   Workshop
3.1 Waktu dan Tempat Rapat 
Dalam pelaksanaan salah satu rapat ,masalah waktu ,dan tempat mempunyai  pengaruh besar dalam terhadap sukses atau tidaknya pertemuan tersebut. Kepala sekolah atau supervesor sebagai penginisiatif rapat harus memperhitungkan  berbagai segi didalam menetapkan waktu dan tempat itu sehingga guru-guru dapat hadir tanpa banyak merugikan penyelenggaraan pendididkan pengajaran umumnya,atau kepentingan pribadi guru yang bersangkutan,dan upaya rapat membawa hasil yang ditetapkan.
Mengenai masalah tempat hendaknya diperhatika syarat-syarat:
1.   Memiliki suasana tenang, aman ,ventilasi yang cukup baik ,dan cahaya yang cukup terang , tempat duduk,dan perlengkapan lain yang menyenangkan.
2.   Pemilihan tempat disesuaikan dengan jumlah peserta rapat.
3.   Usahakan jangan sampai memakai ruang-ruang kelas biasa,agar membawa kesegaran bagi guru-guru yang selalu berada dalam kelas
3.2 Perencannan/Persipan Rapat Guru:
Supaya pertemuan-pertemuan tersebut dapat berjalan menuju rapat maka hendaknya diadakan perencanaan dan persiapan yang sistimatis dan matang.Suatu perencanaan rapat yanh baik selalu didahului oleh usaha-usaha pengumpulan data tentang:
1)   Persoalan penting yang sangat menonjol dan mempengaruhi  kehidupan pendidikan pengajaran yang baik yang berasal dari dalam maupun luar lingkungan sekolah saat itu .
2)   Alat bantu yang bersifat meteriil maupun orang sumber yang dapat mempelancar  dan menjadikan rapat-rapat guru itu berhasi dengan baik
3)   Minat ,perhatian, kecakapan-kecakapan ,dan kepribadian pada umumnya serta masalah-masalah yang dihadapi mereka baik yang bersifat individu maupun kelompok
Sesudah data yng diperlukan terkumpul lengkap maka barulah diadakan perencanaan yang sistimatis dan matang
Perencanaan dapat dilakukan oleh
1.   Kepala sekolah atau supervisor sendiri
2.   Kepala sekolah,supervisor dan beberapa orang guru.
3.   Suatu panitia perencanaan rapat yang dibentukoleh dan dari guru-guru
Hendak diingat bahwa dalan perencanaan rapat sejauh mungkin kepala sekolah, supervisor , panitia perencana rapat mengadakan konsultasi dengan semua pihak yang membantu memberika informasi dan untuk mendapatkan sarana-sarana yang positif dari mereka tentang penyelenggaraan dan materi rapat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan rapat;
1.   Tujuan-tujuan yang hendak dicapai hendaknya jelas dan kongkret.
2.   Masalah-masalah yang akan menjadi bahan rapat hendaknya merupakan masalah yang timbul dari anggota (guru) yang dianggap penting oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan guru tersebut.
3.   Problema-problema dan masalah pribadi yang menyangkut masalah rapat tersebut perlu mendapat perhatian.
4.   Pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh guru-guru dalam rapat itu nanti  hendaknyan membawa guru-guru pada pertumbuhan pribadi  dan jabatan yang sebaik-baiknya.
5.   Partisipasi guru sejak perencanaan sampai pelaksanaan hendaknya dipikirkan cara mengaktifkannnya.
6.   Persoalan kondisi setempat dan waktu serta tempat perlu menjadi bahan pertimbangaan dalamperencanaan.
3.3 Masalah pokok perencanaan yang perlu direncanakan :
1.   Penetapan problem yang akan menjadi inti rapat
2.   Menetapkan alay-alat bantu /perlengkapan,orang sumber yang akan mempermudah atau membantu memecahkan masalah-masala inti rapat.
3.   Menetapkan waktu yang paling tepat dan lamanya rapat.
4.   Menetapkan tempat dan segala fasilitas material yang diperlukan.
5.   Memperhitungkan jumlah peserta rapat.
6.   Menetapkan pimpinan rapat dan noturis.
7.   Menetapkan masalah pembiayaan kalau memerlukan biaya.
8.   Menetapkan pembagian tugas dan pengorganisasian pekerjaan dalam pertemuan yang akan diselenggarakan itu.

3.4 Pelakasanaan Rapat/Pertemuaan:
Sukses tidaknya rapat sebagian besar terletak pada pimpinan rapat tersebut ,baik ia seorang kepala sekolah , supervisiorm maupun pimpinan yang ditunjukan dari guru-guru. Skill in group process,skill in human relationsihip, skill in leadership, dan sikap-sikap demokratis dari pimpna rapat sangat diperlukan .untuk hal yang demikian itu pimpinan-pimpinan rapat harus mengusahakan hal atau kegiatan sebagai berikut.
1.   Menciptakan sutuasi yang baik dengan sikap yang baik dengan sikap ramah-tamah, memperhatikan pendapat-pendapat dalam situasi rapat.
2.   Menguasai ruang lingkup diskusi dan menghadapkan problema untuk dipecahkan bersama di bawah bimbingan dan pengarah pimpinan.
3.   Mendorong setiap peserta untuk berpatisipasi secara aktif , membantu anggaota yang kurang berpengalaman  dalam mengemukakan pendapat-pendapat dalam suatu rapat.
4.   Menjaga agar pembicara jangan menyimpang dari ruang lingkup  pembahasan dengan berusaha mengarahkan pembicaraan menuju kepada pemecahan masalah
5.   Memberikan penjelasan-panjelasan tambahan dan interpretasi objek tentang pendapat dan usul anggota rapat yang kurang jelas sehingga dapat menggerti dan dinerima oleh orang anggota rapat yana lainnya dengan tepat.
6.   Berusaha mencari titik-titik persamaan dan menetralisasi perbedaan pendapat yang menonjol menuju kesepakatan pendapat.
7.   Menyimpulkan hasil pembicaraan dam mengambil keputusan yang tepat bersama-sama atau asas persetujuan bersama.
8.   Berusaha mengakhiri/menutup rapat dalam suasana yang memuaskan semi pihak
3.5 Nara Sumber/Orang Sumber:
Dalam suatu rapat yang dihadiri oleh orang sumber,maka orang sumber berfungsi antara lain:
1.   Memberikan informasi dan penjelasan tentang soal-soal yang akan diminta diterapka sebelunya oleh pimpnan/panitia penjelenggara rapat.
2.   Memberikan bantuan sebesar-besarnya di dalam pemecahan masalah di mana guru-guru peserta rapat tidak ldapat memecahkanya.
3.6 Notulis atau serketaris rapat dan membicarakan
Segala proses dan pembicaraan yang penting-penting dicatat dengan singkat oleh notulis yang akan di masukkannya di dalam buku tambatanrapat bersama dengan keputusan yang dapat di ambil dari rapat tersebut.sebelum rapat di tutup,notulis rapat membacakan semi keputusan dan kesimpulan rapat untuk diketahui seluruh peserta.keputusan rapat guru yang lengkap disamping tercatat dalam buku tambatan rapat sebaiknya di terbitkan juga oleh petugas seksi dukumentasi untukkemudian di kirimkan kepada setiap peserta sebagai pedoman mereka di dalam pelaksanaan keputusan itu di kelas,sekolah dan tempat masing-masing.
3.7 Evaluasi Rapat Guru-Guru
      Evaluasi sangat penting untuk menemukan fakta-fakta positif dan segi-segi negatif  tentang jalan proses  dan keputusan-keputusan rapat.Evaluasi di maksudkan pula untuk menetapkan apakah tujuan-tujuan yang direncanakan sebelum rapat berlangsung dapat di capai atau tidak.
Evaluasi dilakukan oleh:
1.Kepala sekolah/supervisor atau olehpimpinan rapat/panitia penyelenggara.
2.Anggota peserta dengan menjawab check-list, kesan-kesan, pendapat-pendapat, saran-saran mereka tentang segala sesuatu mengenai rapat itu.
Kesimpulan-kesimpulan dari evakuasi tersebut sangat penting bagi pertimbangan dan perbaikan di dalam perencanaan dan pelaksanaan rapat atau pertemuan yang akan datang.

3.8 Implikasi Hasil Rapat Guru-Guru
   Mengenai pelaksanaan keputusan rapat hendaknya ditetapkan juga di dalam rapat itu termasuk jangka ancar-ancar waktu pelaksanaan, alat-alat/pembiayaan, target hasil minimal yang hqarus di capai dan sebagainya, semi ini di catat di dalam bukunotulis atau catatan rapat yang akan menjadi peringatan dan pedonaman pada fase pelaksanaan keputusan-keputusan rapat tersebut.Dengan perencanaan dan peleksanaan rapat guru-guru yang baik dan berhasil maka supervisor telah menggunakan teacher meeting sebagai salah satu teknik supervise dan perbaikan pengajaran, dalam pertumbuhan jabatan dan pribadi guru-guru.  
Tujuan-tujuan yang lebih terperinci dalam  rangka kegiatan supervisi(menurut pendapat Thomas H. Briggs dalam buku ”Improving Instruction”)
1)        Menginteraksikan anggota staf dan mengkoordinasi pekerjaan mereka
2)        Menjamin agar semua guru menyadari dan memahami masalah dan tentang sekolah
3)        Mengembangkakan moral kerja dan moral kelompok
4)        Mengembangkan prinsip-prinsip umumpendidikan dan menjamin pelaksanaan yang sesungguh-sungguhnya
5)        Merencanakan penetrapan prinsip umum tersebut di dalam semua kegiatan pendidikam mengajar
6)        Memecahkan soal-soal yang berhubungan dengan pendidikan dan memupuk implekasialtematif yang di pilih
7)        Menjelaskan fungsi khusus sekolah dan merencanakan dengan penuh cetakan usaha-usaha untuk mencapainya
8)        Mempersatukan guru-guru dalam satu kerja sama untuk mencapai tujuan sekolah
9)        Memperoleh pengertian tentang gagasan-gagasan baru dan merencanakan untuk menggunakan mana yang sudah terbukti kebaikannya
10)    Menyegarkan/memperbarui  minat dan kesetiaan pada teori dan praktek-   praktek lama yang baik, dan membimbing guru-guru untuk menyadari mengapa itu baik.
11)    Melaporkan sukses-sukses yang luar biasa dan meneruskan rencana-rencana praktek yang bersifat memperluas penggunaannya
12)    Memberikan ganjaran terhadap jasa-jasa dengan pengakuan dan hadiah-hadiah.
13)    Menjamin pengertian dan penghargaan dari semi guru terhadap fungsi dan sumbangan khusus dari tiap-tiap mata pelajaran.
14)    Memperoleh bantuan dari pertemuan kelompok sebagai tempat untuk menjelaskan segala masalah.
15)    Memperoleh dan memberikan pengertian tentang kondisi setempat dan merencanakan sesuai dengan kondisi tersebut.
16)    Memajukan kemampuan dan antusiasme.
17)    Saling mempertukarkan informasi yang membawa kepada pengertian tentang pribadi  murid secara lebih baik.
18)    Menyiapkan,membina, dan menyatukan murid-murid dan masyarakat sehubungan dengan program dan polisi sekolah.
19)    Mendorong dan mengantarkan pertumbuhan jabatan oleh guru-guru.
20)    Mengemukakan kesulitan-kesulitan pengajaran terutama tentang guru-guru yang melaksanakan jenis-jenis pekerjaan baru dan merencanakan untuk mengatasi.
21)    Memulai jenis-jenis tipe supervise yang lain dan berusaha agar guru-guru menerima supervise tersebut.
22)    Memperkenalkan guru-guru dengan tujuan supervise yang bersifat perorangan.
23)    Memberikan insfirasi yang sebenarnya pada guru.
3.9 Tujuan- Tujuan  penyelenggaraan rapat guru.
Sertelah membicarakan secara besar pola umum rapat guru maka pada bagian ini akan dibicarakan tujuan penyelenggaraan rapat berdasarkan pandangan para ahli dan bidang supervise.
Mengenai Tujuan –Tujuan Umum Rapat Guru
1)   Menyatukan pandangan guru tentang konsep umum.
2)   Mendorong guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan memdorong pertumbuhan mereka.
3)   Menyatukan  pendapat tentang metodr kerja yang akan membawa mereka bersama kea rah yang maksimal disekolah tersebut
4.Studi kelompok antar guru.
Guru-guru dalam mata pelajaran  sejenis berkumpul bersama untuk empelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran.Pokok bahasan telah  ditentukan  dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur.Untuk mempelajari bahan-bahan dapat dipergunakan bermacam-macam teknik berkomunikasi.Misalnya, seorang yang mengemukakan suatu masalah dan dibahas bersama. Sebaiknya bahan-bahan itu telah dipelajari lebih dahulu. Untuk dapat mempercaya pembahasan diperlukan cukup banyak sumber-sumber buku.
5.Diskusi Sebagai Proses Kelompok
a.    Diskusi
   Diskusi adalah pertukaran pendapat  tentang suatu masalah untuk dipecahkan berasama. Diskusi merupakan cara untuk mengembangkan keterampilan anggota-agagotanya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran.
Yang perlu diketahui oleh seorang supervisor bila memimpin diskusi giru-guru ia harus memiliki kemampuan menggerakan kelompok.
b.   Pembatasan  dan Ciri Kelompok
Kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang bersama-sama memecahkan beberapa masalah yang umum yang tidak dapat dipecahkan sendiri.
Ciri-ciri kelompok yang baik ialah:
Tiap anggota merasa turut berpartisipasi.
Adanya interaksi antar anggota.
Adanya kontrol daripada anggota.


c.    Kepemimpinamn dalam kelompok
Leland P. Bradfort dan Ronald Lippitt dalam tulisan yang berjudul  ”Building a Democratic workgrop” Personal XXII (Nopember 1945) membedakan empat macam jenis kepemimpinan dari seorang supervisor yang dapat diringkas sebagai berikut:
1)   The Hardboilet Autocrat
Cirinya :  Pemimpin itu memberikan perintah, mengadakan pemeriksaan yang     ketat, tegas pada disiplin yang kaku, sadar akan kekuasaannya.
Ciri kelompok :
                     Anggota-anggota kelompok enggan menerima tanggung jawab. Bila pemimpin tidak ada, tidak ada yang melaksanakan tugas. Anggota-anggota cenderung mencari muka dan saling memotong teman sendiri.
2)   The Benevolent Autocrat
     Cirinya  : Pemimpin merasa perlu membuat anggota-anggota senang mendorong anggota menimbulkan persoalan padanya, suka dipuji, dan ingin menjadikan dirinya menjadi sumber semua pertimbangan.
Cirinya :  pemimpin merasa perlu membuat anggota-anggota senang
               mendorong anggota menimbulkan persoalan padanya, dan
               ingin menjadikan dirinya menjadi sumber semua pertimbangan.
Ciri Kelompok: Anggota-angota tidak berinisiatif, tunduk dan tak mau menerima tanggungjawab, akhirnya kelompok hanya dapat berjalan di bawah supervisoryang autokrat
3)   Laissez Faire
Cirinya   : Pemimpin cenderung memberi kebebasan, memberi tanggungjawab   terlalu banyak kepada anggota, tidak menentukan tujuan, tidak membuat keputusan dan tidak membantu kelompok membuat putusan.
Ciri kelompok: tidak ada tujuan, tak ada sesuatu yang ingin dicapai, melihat ke depan dengan pandangan yang suram, sebab frustasi dan penuh kegagalan dan rasa tidak aman.
4)   Democratie
Cirinya: Supervisor yang demokratis  selalu berusaha bersama-sama membuat rencana kerja. Bila ia membuta keputusan sendiri, ia menjelasakan kepada anggota-anggotanya. Ia ingin agan setiap anggota mengerti akan pekerjaannya dan senang akan hasilnya.
Ciri kelompoknya: Tiap anggota merasa ikut serta dalam kelompok ini. Tiap anggota senang pada pekerjaannya. Kerjasama dengan jelas dan anggota  tumbuh menjadi anggota  yang bertanggungjawab
   Setelah  menguraika ciri kepemimpinan kelompok sebagai faktor dalam proses interaksi dalam diskusi kelompok maka berikut ini akan diuraikan : Role Playing sebagai faktor dalam proses interaksi. Pemimpin sebagai alat untuk membantu kelompokmenghargai berbagai peranan yang akan diamainkan angota-anggota. Uranian ini akan menjelaskan betapa penghargaan  terhadap peran anggota dalam suatu proses kelompok.
D.M. Hall mengidentifikasikan sejumlah peran anggota  dalam suatu proses group sebagai berikut: 1) inisiator, 2) Orientor, 3) Fasilitator atau promotor,  4) Encourager atau  stimulator, 5) Harmonicer, 6) Summarizer atau Syntesizer, 7) Fact seeker atau information hound, 8) Compromizer, 9)Fact giver, fact man, resource person, consultant, 10) Expeditor, detailman, arranger, 11) Spokenman, 12) Recorder, 13) Evaluator, 14) Observer atau analiser, 15) Status role.
d. Peranan Kepemimpinan Kelompok
     Peranan kepemimpinan kelompok menurut Prof,Drs.A.Piet Sahertian(2002) dalam bukunya Konsep Dasar dan Teknik Supervisi  Pendidikan menyatakan Pernana Pemimpin kelompok adalah sebagai berikut: 1) sebagai ‘Leader’ atau ‘Chairman’, 2) sebagai ‘recorder’, 3) sebagai ‘observer’ atau analiser,  4) sebagai resource person(orang sumber), 5) sebagai evaluator.
e.    Fungsi Kepemimpinan yang Baik
     Fungsi kepemimpinan kelompok yang baik adalah merupakan syarat utama untuk mencapai hasil yang memuaskan. Fungsi itu antara lain: 1) Melihat bahwa anggota-anggota senang dengan keadaan tempat yang disediakan, 2) Melihat bahwa masalah yang dibahas dapat dimengerti oleh semua orang, 3) mengakui peranan tiap anggota yang dipimpinnya, 4) melihat bahwa kelompok itu merasa diperlakukan atau diikutsertakan untuk mencapai hasil bersama.
f.    Prinsip-prinsip untuk mensukseskan pekerjaan kelompok
   Dalam bukunya Improving the Supervisor of instruction Harold Spears mengemukan dengan singkat beberapa prinsip sebagai berikut: 1) Kepemimpinan yang baik dan praktis akan membantu kearah perkembangan kemampuan dasar yang dimiliki tiap anggota kelompok; 2) Supervisor mendapat sokongan dari kelompok atau dibantu oleh orang lain untuk menggerakkan kelompok, jadi menggunakan pendekatan yang bersifat kooperatif akan lebih berhasil; 3) Kerjasama dengan kelompok tidak akan mengurangi kepemimpinan supervisor; 4) Supervisor seharusnya telah siap bila telah tiba saatnya untuk berhadapan dengan kelompok; 5) Kelompok akan bekerja dengan baik bila mereka mengerti ke arah mana mereka dibawa; 6) Melalui supervisor yang bijaksana, maka kepemimpinan perseorangannya akan memberi arah kepada kepemimpinan kelompok; 7) Kelompok harus sering bertemu agar dapat maju. Laporan pertanyaan, check list, bulletin tidak dapat/tidak akan mengambil tempat dalam pertisipasi kelompok; 8) Supervisor perlu sabar dalam membimbing kelompok itu/kepada utuk ncapai pengertian dan kewajiban mereka; 9) Kelompok-kelompok kerja akan lebih efektif jika tiap anggota merasa  bahwa pendapatnya itu penting dan jika pendapatnya itu dicatat dan dipertimbangakan sesuai dengan cara peserta itu menyatakannya; 10) Supervisor mempunyai tanggungjawab untuk menerangkan kepada anggota-anggotanya  bahwa tidak seorang pun atau kelompok manapun yang menunjukkan dominasi dalam berbicara terhadap semua kelompok; 11) Mengembangkan kepemimpinan yang baik dalam kelompok itu akan memerlukan perhatian terus menerus.

6.   Tukar Menukar Pengalaman(Sharing of Experience)
Penataran sering merupakan sesuatu yang membosankan . Dikatakan membosankan karena guru-guru menganggap bahwa bahan yang diberikan sudah pernah dimiliki, atau cara penyajian kurang menarik, karena tidak bersumber pada kebutuhan profesi mereka. Oleh karena itu suatu teknik perjumapaan yang disebut ‘sharing of experience’ adlah cara yang bijaksana. Di dalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah  orang-orang yang sudah berpengalaman. Melalui perjumpaan diadakan tukar menukar pengalaman, saling memberi, dan menerima, saling belajar, satu dengan yang lainya. Namun demikian  prosedur sharing  harus dipersiapkan secara teratur agar tujuan dapat dicapai. Langkah-langkah sharing: 1) Tentukan tujuan yang akan dicapai; 2) Tentukan pokok masalah yang akan dibahas dalam bentuk problema; 3) berikan kepada setiap peserta untuk menyumbangkan pendapat mereka; 4) Rumuskan kesimpulan sementara dan  lemparkan problema baru.
Dalam perjumpaan seperti ini harus berprinsip bahwa setiap orang mampu berpatisifasi aktif dan setiap pengalaman perlu dihargai.
7.Lokakarya(Workshop)
1) Pengertian Workshop
Menurut  Piet Sahertian(2008) workshop dalam pendidikan  adalah a).suatu kegiatan  belajar kelompok yang terdiri petugas-petugas pendidikan yang memecahkan  problema yang dihadapi melalui  percakapan dan bekerja  secara kelompok maupun bersifat perorangan. b) Workshop berarti pula suatu tempat kerja dengan menggunakan bermacam-macam alat untuk menghasilkan sesuatu. c) Workshop adalah suatu usaha untuk mengembangkan kesanggupan berpikir  dan bekerja bersama-sama baik mengenai masalah-masalah teoritis maupun praktis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas hidup pada umumnya seta kualitas profesional pada khusus. d) Workshop adalah suatu situasi yang didalamnya orang berkerja dan belajar secara bersama; suatu situasi orang belajar dengan orang lain atas tanggu jawab bersama. e) Dalam dunia pendidikan workshop adalah suatu device dalam in-service education, cara belajar sesuatu ( a way learning) dengan menggunakan sharing of ideas, prosedure give and take” suatu sistem kerja yang selaras dengan sistem kerja yang selaras dengan jiwa gotong royong. f ) Workshop adalah tempat yang di dalamnya orang dapat belajar sesuatu dengan jalan menemukan problema yang merintangi kelancaran suatu pekerjaan dan mencari jalan untuk menyelesaikan problema tertentu.
Sejalan dengan pendapat di atas, Suharsimi Arikonto (2004) mengumakakan  pembinaan guru secara kelompok antara lain: 1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting). Fungsi komunikasi dalam manajemen sekolah dapat terleksana dengan baik hanya apabila masing-masing warga sekolah mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapat, dan segala informasi yang ada dapat dengan segera sampai ke semua warga dengan cepat, dan dengan  isi yang tepat pula. Seorang kepala sekolah yang memenuhi fungsinya dengan baik, yaitu fungsi pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating),dan pengkomunikasian (cummunication, apabila dia tidak segan-segan menyelenggarakan pertemuan bersama dalam rapat dewan guru staf TU secara rutin. Tentu saja berapa jangka waktu jarak antara pertemuan tergantung dari pertimbanggan dan kepentingan sekolah masing-masing. 2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion). Seperti sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, diskusi kelompok ini sangat baik dilakukan sebagai metode untuk mengumpulkan data. Meskipun sudah dikelompokkan dalam wawancara kelompok, namun sebetulnya wawancara tersebut dapat digabung atau dikombinasikan dengan kelompok diskusi. Diskusi kelompok dapat juga digunakan untuk mempertemukan pendapat antara pemimpin dalam bentuk pertemuan khusus antara staf pimpinan saja. Barangkali juga sekolah dapat mengadakan semacam pertemuan khusus yang dihadiri oleh guru-guru mata pelajaran tertentu, atau kelompok dengan tugas khusus, misalnya panitia pembagunan. Diskusi kelompok dapat diselenggarakan dengan mengundang atau mengumpulkan guru-guru bidang studi sejenis atau yang berlainan sesuai dengan keperluan. 3) Mengadakan penataran-penataran (in-service training). 3) Salah satu wadah untuk meningkatkan kemampuan guru dan staf sekolah adalah penataran. Dalam klasifikasi pendidikan, penataran dikategorikan sebagai in-service training, sebagai jenis lain dari preservice training, yang merupakan pendidikan sebelum yang bersangkutan diangkat jadi pegawai yang resmi. Peraturan semacam ini dapat dilakukan disekolah sendiri dengan nara sumber, tetapi dapat diselenggarakan bersama antar beberapa sekolah, jika diinginkan biaya yang lebih irit. 4)  Seminar. Sejak diberlakukan kenaikan pangkat dengan jabatan fungsional, banyak guru yang merasa merasa membutuhkan sertifikat yang dapat diakui sebagai angka kredit. Apabila tujuannya hanya mencari sertifikat, dan setelah mendaptar kemudian tidak mendatangi seminar dan hanya titipan teman untuk mengembalikan sertifikatnya, itu bukan tindakan tindakan terpuji. Cara yang baik dalam mengikuti acara seminar adalah apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh ,serius, dan cermat mengikuti presentasi dan acara tanya jawab.
2.Ciri-ciri Workshop
Adapun ciri-ciri workshop adalah sebagai berikut: a) Masalah yang dibahas bersifat ‘life centered’ dan muncul dari peserta sendiri; b) Selalu menggunakan sejauh mungkin aktiivitas mental dan fisik agar tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih dari semula; c) Cara yang digunakan ialah mtode ‘pemecahan masalah dan penyelidikan’; d) musyawarah kelompok diadakan menurut kebutuhan; e) Menggunakan resource person dan resource material yang memberikan bantuan besar sekali  mencapai hasil sebaik-baiknya; f) Senantiasa memelihara kehidupan seimbang di samping mengembangkan ilmu pengetahuan, kecaakapan, perubahan tingkah laku, disediakan juga kesempatan untuk bervariasi seperti tamsya untuk menambah pengalaman, pertemuan yang menggembirakan, role palying dll.
3.Jenis –jenis Workshop
          Jenis workshop ditentukan berdasarkan  lembaga/organisasi yang melaksanakan, dan sifat kerjanya, berdasarkan  a) lembaga/oraganisasi (1.Faculty,2.Institute, 3Graduate) ; b)Berdasarkan waktu(1.Pre School, 2.Summer); c) berdasarkan Sifat(1.Conference, 2 Training)
4.Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan workshop anatar lain: 1) Merumuskan yujuan workshop(output yang akan dicapai; 2) Merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara terperinci; 3) Menentukan prosedur pemecahan masalah: a.Merumuskan masalah yang akan dibahas, b. Tujuan pembahasan, c.Menentukan prosedur pemecahan masalah, antara lain: 1. Merumuskan masalah yang kan dibahas, 2.Tujuan pembahasan, 3 Metode pembhasan, 4.Menentukan alat dan bahan, 5.Merumuskan kesulitas-kesulitan yang dihadapi, 6Merumuskan kesimpulan dan saran-saran.
5.Materi yang akan dibahas
          Sebaiknyaada suatu guide book yang berisi pentunjuk bagi para peserta.Panitia terdiri dari panitia pengarah dan panitia pelaksana. Contoh training  workshop ini seperti menyusun model satuan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran PAIKEM di kelas. Tujuan dari workshop ini ialah agar guru dapat menyusun contoh model satuan pembelajaran untuk tiap bidang studi, dan model pelakasanaan pembelajarannya.
8.    Diskusi Panel
8.    1 Pengertian Panel Discussion atau diskusi panel atau disebut juga ‘forum discussion’ atau kadang-kadang disebut ‘round table discussion’ adalah suatu bentuk diskusi  yang dipentaskan  di hadapan  sejumlah  partisipan atau pendengar. Biasanya panel itu untuk memecahkan suatu  masalah dan para panelis terdiri dari orang-orang yang dianggap ahli  dalam lapangan yang didiskusikan. Oleh karena itu biasanya disebut’ Glorified conversation’ atau percakapan tingkat tinggi.
8.2         Tujuan panel diskusi adalah: a) Untuk menjajaki masalah secara terbukaagar dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengertian tentang masalah tersebut dari berbagai sudut pandang; b) Unutk menstimulir para pendengan dan simpatisan agar mengarahkan perhatianterhadap masalah yang dibaha, melalui dinamika kelompok sebagai hasil interaksi dari pada panelis
8.3         Pemeran dalam Panel adalah sejumlah orang yang berperan sebagai, a) moderator; b) Panelis; c) Expert; d)  Participant; e)Audiences
8.4         Prosedur Panel: a) Moderator mengantarkan problema secara umum; b) Moderator meinimbulkan problema secara bertahap(satu demi satu); c) Secara spontan terjadilah diskusi antar para panelis; d) Moderator berfungsi mengarahkan setiap problema, supaya tetap dalam ruang lingkup permasalahan; e) Setiap problema yang sudah dibahas dirumuskan kembali dalam bentuk kesimpulan sementara;f) Setelah itu moderator mengajukan problema yang baru untuk didiskusikan dan seterusnya; g) Pada akhirnya moderator merumuskan pokok-pokok diskusi  yang akan dibahas bersama dalam kelompok seluruhnya.
8.5        
Moderator
Situasi Tempat Panel
Expert
Participant
Audience
Panelist

 









                                                 
9.Seminar
Arti aslinya adalah menabur, dan dapat diartikan juga sebagai tempat belajar dan bentuk belajar mengajar berkelompok antara 10 sampai 15 orang.
Tujuannya untuk mengadakan intensifikasi, integrasi serta aplikasi pengetahuan, pengertian dan keterampilan para anggota kelompok, saling tukar pengalaman dan koreksi antara anggota kelompok yang lain.
Dalam pelaksanaannya yang harus diperhatikan adalah bentuknya mengajar belajar, persoalan yang dapat dirumuskan, diselenggarakan untuk dan oleh peserta sendiri, dan pada ruangannya yang secukupnya dalam situasi yang akrap dan informal.
Contoh topik yang diseminarkan bertemakan: masalah disiplin sekolah, tingkah laku anak-anak yang menyimpang, kesulitan-kesulitan mengajar guru, dan tentang bagaimana cara menolong murid-murid yang mempunyai minat yang berbeda-beda.

10    Simposium
Diartikan sebagai sekumpulan karangan pendek beberapa ahli yang diterbitkan sebagai sutau buku. Juga, suatu pertemuan untuk meninjau aspek-aspek sesuatu pokok masalah, pandangan, dibahas di muka sejumlah pendengar secara relatif teratur.
Tujuannya untuk mereorganisasikan pengertian dan pengetahuan tentang aspek-aspek sesuatu pokok masalah atau mengumpulkan dan memperbandingkan beberapa sudut pandangan.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1)      Penulis atau pembicara dapat mewakili sudut-sudut pandangan yang sesuai dengan tujuan simposium;
2)      Pembicara diberikan kesempatan mengemukakan pokok-pokok pikiran atau pra-sarannya;
3)      Ketua Sidang bertugas memelihara kontinuitas pembicara dengan (a) uraian pengantar sebelum berbicara, (b) merumuskan secara garis besar kontribusi dari para pembicara;
4)      Dapat diikuti dengan ruang tanya-jawab (pararel, pengajuan pendapat atau pertanyaan-peranyaan kepada pembicara tertentu, semua pendengar dianggap sebagai partisipan yang aktif dalam pembahasan;
5)      Tidak menggunakan kata-kata yang berulang-ulang pada pembicaraan terdahulu. Bahwa tujuan simposium adalah bersifat investigatif, menyelidiki lebih jauh, mendalam serta mengadakan peninjauan-peninjauan dari pelbagai sudut pandangan terhadap sesuatu pokok masalah untuk memenangkan atau mengalahkan seseorang pembicara.

11. Demonstrasi Mengajar (Demonstration Teaching)
Merupakan teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu memberikan penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar yang baik. Dikatakan sebagai teknik yang bersifat perseorangan jika supervisor menggunakan suatu kelas dan memberikan penjelasan tentang teknik mengajar yang baik bagi seorang guru.
Demonstarsi mengajar yang baik bukan “berhasil atau tidak”, namun perencanaan yang teliti dan mempunyai suatu tujuan tertentu, memberikan suatu kesempatan kepada guru-guru untuk melihat metode-metode mengajar yang baru atau yang berbeda. Guru-guru yang memperhatikan dan sadar akan tujuan demonstrasi tersebut mencatatnya dengan teliti dan akan mendiskusikan hal tersebut dengan peninjau-peninjau lainnya, guru atau supervisor setelah demonstrasi selesai.
Kekurangan cara ini: (1) membutuhkan waktu yang lama untuk demonstrasi mengajar, (2) ketidakmampuan beberapa supervisor untuk mengadakan demonstrasi mengajar, (3) banyak guru tidak mau mengadakan demonstrasi atau membantu supervisor mengadakan demonstrasi mengajar.

12. Perpustakaan Jabatan
Di tiap sekolah diusahakan perpustakaan jabatan sendiri yang berisi buku-buku, majalah, brosur, dan bahan-bahan lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi. Guna memperkaya pengetahuan dan pengalaman guru dalam profesi mengajar. Bahwa untuk memberikan pengetahuan yang cukup, wajiblah guru-guru diperlengkapi dengan sumber-sumber buku yang banyak.
13.     Buletin Supervisi
Pengertian
Buletin supervisi ialah salah satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar-mengajar.

Jenis-jenis Supervisi Buletin
Menurut George C. Kyte dalam bukunya “How to Supervise” dikemukakan bahwa umumnya supervisory bulletine itu dapat diklasifikasikan atas 3 jenis ialah :
1.        Buletin bagi instruksi-instruksi yang umum.
Buletin bagi instruksi hal-hal yang ada hubungannya dengan instruksi-instruksi dari pimpinan sekolah dalam membantu guru-guru melaksanakan tugas mereka, misalnya:
a.         Pernyataan singkat dari supervisor mengenai program pendidikan yang mana ternyata dari tujuan yang telah ditetapkan.
b.         Beberapa informasi mengenai metode-metode mengajar yang baru dan baik
c.         Ringkasan mengenai cara-cara belajar yang lebih efektif
d.        Laporan-laporan mengenai cara-cara kerja guru yang baik dan pengalaman-pengalaman dari guru yang lain yang diobservasi oleh supervisor.
e.         Daftar buku-buku yang berguna bagi guru-guru baik sebagai bahan literatur untuk mengajar, maupun dari bahan-bahan yang telah disediakan supervisor
f.          Bibliografi khusus untuk menolong guru-guru.
g.         Data-data yang tepat mengenai sekolah, anak-anak, mata pelajaran-mata pelajaran, dan sebagainya yang dapat menolong guru-guru dalam melaksanakan pekerjaannya.
2.        Buletin khusus untuk guru-guru sebagai persiapan dalam mengikuti sesuatu rapat.
Maksud dari buletin ini adalah memberi kesempatan bagi guru-guru untuk membuat persiapan bagi sesuatu rapat yang akan disesuaikan dengan kemampuan mereka. Selain dari itu dengan buletin ini guru-guru dapat mengerti dengan jelas mengenai apa yang dibacanya, dipelajarinya sebagai bahan persiapan diri mereka secara efektif dalam mengikuti rapat.

3.        Buletin yang berisi tindak-lanjut sesuatu keputusan rapat.
Sesudah suatu rapat selesai, dan hal itu akan lebih berhasil jika dipersiapkan buletin yang berisikan tindak lanjut dari rapat itu. Buletin dapat digunakan baik oleh guru-guru yang mengikuti rapat itu maupun oleh supervisor sendiri.
Dipergunakan oleh guru-guru agar :
·           Ia dapat mempelajari tugas supervisinya sendiri.
·           Ia dapat mempelajarinya supaya dapat membuat perencenaan-perencanaan rapat yang akan datang.

Bentuk dan Waktu Penerbitannya
a.         Bentuk buletin yang berhubungan dengan instruksi-instruksi umumnya berbentuk lembaran-lembaran dan ada juga laporan-laporan yang dimuat dalam bentuk majalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah :
·           Bentuk harus menarik
·           Tersusun dengan rapi
·           Karena akan dijadikan dokumen maka kertasnya yang baik, tahan lama dan alangkah baiknya dijilid.
b.         Waktu Penerbitannya
Waktu penerbitannya disesuaikan dengan keperluan yakni :
·           Mingguan
·           Bulanan
·           Triwulan/catur wulan
·           Tahunan.
Melalui buletin ini guru-guru dapat memperluas pengetahuan tentang tujuannya, mereka selalu diberi motivasi ke arah usaha perbaikan tugas. Bahan-bahan stimulasi ini merupakan makna bagi pertumbuhan jabatan mengajar guru.
14.     Membaca Langsung (Directed Reading)
Bilamana sekolah mempunyai cukup banyak buku sumber yang berhubungan dengan satu bidang studi atau pengetahuan profesi mengajar lainnya, maka teknik yang paling sederhana namun sulit dilaksanakan ialah membaca langsung dan terbimbing. Cara ini disebut juga guided reading atau sugested reading. Kesulitan psikologis yang dialami guru ialah harus cukup waktu yang disediakan untuk membaca, kurang motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik untuk memperdalam bidang studinya oleh karena guru-guru yang sudah berat tugasnya tiap hari seolah-olah mengalami kelumpuhan psikologis. Setiap kali membaca, harus membuat laporan singkat dari hasil bacaan itu. Teknik ini sangat menolong guru untuk meningkatkan pengalaman belajar mereka.
Oleh karena itu perlu pula ditingkatkan kegairahan di kalangan guru. (Membaca bukan sebagai selingan tetapi membaca sebagai alat untuk belajar meningkatkan profesi mengajar).

15.     Mengikuti Kursus
Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu teknik melainkan suatu alat yang dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan profesi mengajar dan menambah keterampilan guru dalam meperlengkapi profesi mereka. Apalagi dengan penambahan kurikulum baru di bidang studi keterampilan misalnya belum ada guru khusus untuk bidang itu. Sementara menanti guru yang khusus untuk itu guru-guru yang sudah ada yang mempunyai minat untuk bidang itu dapat mengikuti kursus-kursus tersebut. Di lain pihak guru-guru yang mengikuti kursus itu diarahkan kepada dua hal. Pertama, sebagai penyegaran dan kedua sebagai usaha peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah sikap tertentu. Bila sifat kursus itu adalah penyegaran, maka guru-guru sudah mendapat pengetahuan tersebut, tetapi karena sudah lama sekali dan pengetahuan yang dimiliki bersifat rutin maka perlu ada penyegaran supaya gairah mengajar dialihkan dari suasana rutin kepada situasi baru yang menyenangkan dan menyegarkan. Penyegaran adalah suatu conditiosine qua none. Penyegaran merupakan variasi irama hidup dalam proses pengabdian guru. Sudah tentu ada pengetahuan baru yang diperoleh. Bila kursus itu bersifat penataran maka guru-guru akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan tambahan sehingga mereka akan mengalami peningkatan dalam profesi mereka. Masalahnya ialah cara memberi kursus dengan tujuan yang jelas sehingga tidak menimbulkan rasa bosan. Sering para penatar menganggap guru tidak tahu. Sikap yang paling bijaksana adalah bukan menggurui guru-guru, tetapi bersama guru-guru belajar dari pengalaman masing-masing. Peranan para pemberi kursus adalah bersifat memberi motivasi, stimulasi dan mediator dalam mengkomunikasi pengalaman-pengalaman baru. Oleh karena itu, cara memberi ceramah adalah cara yang membosankan dan mematikan kreativitas guru-guru. Apalagi ceramah itu di hadapan 300 guru. Pendekatan yang bersifat menghargai guru sebagai orang yang mempunyai pengalaman adalah suatu usaha supervisi yang sangat bermanfaat. Dalam kursus itu guru lebih banyak menghubungkan pengalaman yang telah diperoleh dengan sesuatu yang baru yang akan membantu pertumbuhan profesi pengajarnya.

16.     Organisasi Jabatan
          (Professional Organizations)
Kelompok-kelompok jabatan yang diorganisasikan sesuai dengan minat dan masalah yang disukai, akan menjadi salah satu yang paling kuat pengaruhnya untuk inservice training baik di pusat maupun di daerah. Banyak organisasi nasional yang kuat mempunyai cabang-cabang dan bekerja secara efektif di daerah. Misalnya:  National council for the social studies,
   The association for supervisor and curriculum development,
   The national council of teachers of English,
   The national association of secondary school principals dan sebagainya.

Kelompok ini mengadakan konferensi kerja sekali setahun tentang masalah dan perencanaan mengajar dan penggunaan teknik yang lebih baik yaitu workshop.
Kebaikannya :   -    Mempunyai nilai sosial
-       Guru-guru memperoleh ide-ide yang praktis dan inspirasi dari pidato-pidato yang dapat memperkaya pengalaman.

Barangkali perlu dikembangkan ikatan-ikatan profesi untuk mengembangkan ilmu tertentu : Ikatan Dokter Indonesia, Insinyur, ahli ekonomi, dan lain-lain, PGRI, Ikatan Guru IPA, Matematika.
17.     Laboratorium Kurikulum (Curriculum Laboratory)
Yang dimaksud dengan curriculum library atau curriculum laboratory adalah suatu tempat yang dijadikan pusat kegiatan di mana guru-guru memperoleh sumber-sumber materi untuk menambah pengalaman mereka dalam rangka program inservice education. Oleh karena itu disebut juga “materials bureau” atau “materials center.”
1)             Dalam Lab, itu terdapat:
a.              Buku-buku dan majalah serta sumber-sumber belajar lainnya.
b.             Bermacam-macam bahan pelajaran seperti unit-unit pelajaran, gambar-gambar, poster-poster charts maps, audio visual aids, bacaan tambahan, buku pegangan, buku kerja, dan contoh-contoh lainnya.
Koleksi dari contoh-contoh model pelajaran yang disajikan secara visual misalnya:
o      Contoh-contoh merumuskan tujuan operasional untuk tiap mata pelajaran.
o      Contoh cara merumuskan belajar-mengajar.
o      Contoh alat-alat pelajaran sederhana yang dapat dibuat guru.
o      Contoh dan bermacam-macam sumber pengalaman belajar, buku-buku pelajaran yang pernah digunakan dalam melaksanakan suatu jenis kurikulum.
o      Contoh tes-tes yang dibuat guru dan lain-lain.
2)             Fungsinya
Curriculum laboratory tidak hanya sebagai sumber materi tapi juga sebagai tempat pusat untuk guru-guru mengadakan penelitian, percobaan dan tempat bekerja sambil belajar baik pribadi maupun bersama untuk memecahkan problema belajar mengajar.
Tujuannya untuk menyediakan sumber-sumber materi yang berhubungan dengan peningkatan proses belajar-mengajar. Sebenarnya semua contoh bentuk-bentuk pelajaran selama beberapa tahun dapat dikumpulkan merupakan koleksi pengalaman belajar, disusun secara teratur dan kontinu. Para guru dapat melihat perbandingan, misalnya bentuk persiapan dari tahun ke tahun yang sering berubah.
Jenis-jenis tes/ulangan yang pernah dibuat guru dari tahun ke tahun. Buku pelajaran yang pernah digunakan guru dari tahun ke tahun.
3)                       Denah Curriculum Laboratory
Dalam sebuah sekolah atau wilayah pengawasan atau penilik sebagai pusat kegiatan belajar meningkatkan profesi mengajar guru. Ruang itu dapat diatur materi pelajaran disusun dalam 1 atau 2 atau 3 dimensi.









Keterangan :
1.        Dimensi vertikal berisi bagan materi pelajaran.
2.        Dimensi horizontal berisi contoh-contoh instrumen.

4)             Cara menggunakan
Sering penataran guru diadakan sekali, dua kali sudah itu hilang berkas-berkasnya. Bilamana ada satu pusat kegiatan yang berisi visualisasi dari semua alat dan proses kegiatan penataran maka sangat mudah dan secara kontinu guru-guru dapat memperdalam pengetahuan sebagai usaha pengajaran terhadap pertumbuhan profesi mereka (lihat design)

Design Curriculum Library
















18.          Perjalanan Sekolah untuk Anggota Staf (Field Trips)
Dalam uraian di bawah ini akan dibahas field trip atau perjalanan sekolah bagi guru-guru sebagai salah satu teknik supervisi untuk memperbaiki situasi dan mengajar.
Apakah Hakikat Field Trip atau Perjalanan Sekolah itu?
Sekolah modern berpendapat:
Perjalanan sekolah merupakan salah satu alat atau teknik belajar bagi murid-murid. Sekolah kolot berpendapat bahwa:
Perjalanan sekolah atau field trip itu diadakan hanya sebagai selingan pelajaran, hanya sebagai cara melepaskan lelah sesudah belajar-mengajar beberapa lamanya. Juga bahwa perjalanan sekolah hanya dilakukan oleh guru-guru yang malas dan segan memberi pelajaran. Dengan demikian sekolah tradisional bahkan tak pernah melakukan perjalanan sekolah sebagai teknik belajar. Seperti dikatakan di atas, sekolah modern telah mengakui, betapa pentingnya perjalanan sekolah sebagai teknik belajar, baik bagi murid-murid maupun bagi guru-guru. Karena itu, baiklah kepala sekolah membuat sesuatu rencana tahunan untuk perjalanan sekolah khusus bagi guru-guru.

Macam-macam Field Trip
Menurut Lester B. Sands dalam bukunya Audio Visual Procedure Teaching pelajaran sekolah dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1.                       Ekskursi (Excursion)
Excursion ialah perjalanan sekolah yang dilakukan suatu sekolah manusia, dengan tujuan mempelajari sesuatu secara menyeluruh. Letak objek perjalanan dari sekolah biasanya dekat. Perjalanan sekolah ini membutuhkan waktu paling banyak satu hari.
2.                       Study Trip atau Field Trip
Ialah perjalanan sekolah yang khusus mempelajari sesuatu hal yang tertentu.
3.                       Tour
Ialah sejenis excursion yang memakan waktu agak panjang meliputi daerah yang luas, jadi membutuhkan beberapa minggu atau bulan. Jenis mana yang akan dipakai oleh kepala sekolah untuk mengembangkan kecakapan dan keahlian si guru dalam jabatannya bergantung kepada situasi. Kalau diikuti prinsip-prinsip perjalanan sekolah, maka perjalanan sekolah merupakan sumber pengetahuan sebab sebelum guru-guru berangkat atau pergi meninjau objek itu, mereka harus lebih dulu mencari informasi ini dapat melalui buku-buku atau orang yang dapat memberi penerangan tentang objek itu. Kemudian, sesudah mereka tiba di objek itu, selain belajar sendiri tentang objek itu mereka akan dapat penerangan dari orang-orang yang tertentu, yang ada hubungan dengan objek itu. Selanjutnya sesudah kembali di sekolah, mereka akan mendiskusikan hasil-hasil yang diperoleh. Demikianlah perjalanan sekolah sebagai teknik belajar akan dapat menambahkan pengetahuan yang berarti mengembangkan pertumbuhan dalam jabatan.
Field trip mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :
1.                       Memberi pengalaman langsung Guru belajar dengan menggunakan segala macam alat indra. Suatu field trip lebih berharga daripada seratus gambar.
2.                       Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat-minat yang telah ada.
3.                       Memberi motivasi kepada guru-guru untuk menyelediki sebab musabab sesuatu.
4.                       Menanamkan kesadaran terhadap masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat.
5.                       Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat.
6.                       Mengembangkan hubungan sosial dengan masyarakat.
7.                       Sebagai suatu penyegaran dalam pembinaan profesi.


Merencanakan field trip
Setelah field trip harus direncanakan dengan cermat. Tanpa persiapan usaha itu pasti gagal. Field trip biasanya dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
§ Membangkitkan minat untuk suatu unit yang akan dilakukan.
§ Mengumpulkan bahan sesuatu masalah.
§ Sebagai kegiatan kulminasi dari rapat kerja.

Persiapan/perencanaan
1)             Rumuskan dan jelaskan tujuan field trip. Semua guru harus mengetahui apa sebab mereka pergi dan apa yang diharapkan dari masing-masing mereka. Mereka harus melihat hubungan field trip dengan masalah yang mereka hadapi.
2)             Guru-guru harus lebih dahulu mempelajari segala sesuatu mengenai apa yang akan diperoleh selama perkunjungan.
3)             Sediakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban sebagai hasil field trip itu.
4)             Siapkan segala sesuatu untuk keperluan field trip itu:
o          Minta izin dari pimpinan tempat yang akan dikunjungi.
o          Guru harus lebih dahulu mengunjungi objek itu agar dapat mengadakan perencanaan yang teleti.
o          Adakan pembicaraan dengan orang-orang yang diminta bantuannya.
o          Mengatur soal keuangan, pengangkutan, usaha menjamin keselamatan guru tersebut.
o          Buat rencana tertulis tentang field trip, berserta rencana waktu, tempat yang dikunjungi dan daftar nama-nama pengikutnya.

Pelaksanaan field trip
Selama field trip hendaknya dipelihara ketertiban. Bila field trip ini dilakukan oleh guru-guru, maka hendaknya guru-guru mendiskusikan peraturan-peraturan selama field trip itu. Dalam field trip sebaiknya tiap guru mengambil peranan aktif mengumpulkan bahan-bahan baru.

Follow-up Field Trip
Setiap field trip harus diadakan pembicaraan, dinilai dan diinterpretasi:
·  Hendaknya kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru-guru untuk menceritakan pengalaman masing-masing.
·  Tanyakan apakah mereka menemukan fakta-fakta baru.
·  Apakah field trip itu mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu. Apakah field trip itu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka sediakan.
·  Apakah kekurangan-kekurangan, kesalahan-kesalahan, kesulitan-kesulitan yang dialami selama field trip itu.
·  Hendaknya guru membuat laporan tentang field trip. Dengan mengadakan field trip, maka guru akan memperoleh pengalaman baru dan akan bertumbuh dalam jabatan.
Demikian uraian singkat tentang field trip sebagai salah satu teknik supervisi untuk memperoleh perbaikan situasi belajar dan mengajar.

SEJAUH MANA TINGKAT PERTUMBUHAN
KEMAMPUAN MENGAJARKU?


BAB IV
PENUTUP

a.              Kesimpulan
Kebijakan pendidikan harus ditopang oleh pelaku pendidikan yang berada di front terdepan yakni guru melalui interaksinya dalam pendidikan. Upaya  meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan secara bertahap dengan mengacu pada rencana strategis. Keterlibatan seluruh komponen pendidikan (guru, kepala sekolah, masyarakat, komite sekolah, dewan pendidikan, dan isntitusi) dalam perencanaan dan realisasi program pendidikan yang diluncurkan sangat dibutuhkan dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan implementasi kemampuan professional guru mutlak diperlukan sejalan diberlakukannya otonomi daerah, khsususnya bidang pendidikan. Kemampuan professional guru akan terwujud apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam mengelola interaksi belajar-mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan pada tataran makro.Salah satu upaya peningkatan profesional guru adalah melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien.
            Pembinaan  guru dan kepala sekolah secara sistimetis baik individu maupun kelompok merupakan upaya penting  peningkatan profesionalisme pendidik. Teknik – teknik pembinaan guru secara berkelompok  dapat dilaksanakan oleh supervisor  dengan menggabungkan sejumlah guru dalam satu kelompok , antara lain:  1) Pertemuan orientasi bagi guru baru; 2) Panitia  penyelenggara; 3) Rapat guru; 4) Studi kelompok antar guru; 5) Diskusi sebagai proses kelompok; 6)Tukar menukar pengalaman(sharing experience); 7) Lokakarya/workshop; 8) Diskusi panel; 9) Seminar; 10)Simposium; 11) Demonstarsi mengajar; 12) Perpustakaan jabatan; 13) Bulletin supervisi; 14) Membaca langsung; 15) Mengikuti kursus; 16) Organisasi jabatan; 17) Laboratorium kurikulum 18) Field trips(Perjalanan sekolah untuk guru)

B.            Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah kami kemukakan di atas, maka teknik-teknik supervisi kelompok merukapan upaya pembinaan profesi guru secara kelompok dalam melaksaksanakan tugas pokok  dan fungsinya, khususnya peningkatan proses pembelajaran di kelas.
Adanya upaya  kerjasama  sinergis antara supervisor, kepala sekolah dan guru-guru dalam melaksanakan tindakan pembinaan guru , sesuai dengan  model, pendekatan dan  teknik  yang digunakan.
Perlu adannya upaya peningkatan pembinaan kemampuan supervisor-supervisor di daerah secara profesional dan kontinue













DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Depdiknas. 2001. Data Standardisasi Kompetensi Guru.
Berliner, David. 2000. Educational Reform in an Era of Disinformation.
Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Depdiknas.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel. Jakarta: Kompas (16 Agustus 2002).
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara Internal, Akuntabiliras Profesi. Makalah Seminar Nasional. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka.
Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
.
Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Surya, Mohamad. 2002. Peran Organisasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Seminar Lokakarya Internasional. Semarang : IKIP PGRI.
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Wardani, IGK. 1996. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.
.
Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya 




1 komentar: